Rabu, 16 November 2011

KEKUATAN NAFKAH (SALAH SATU BAB DALAM BUKU ANDEREAS DERMAWAN)

Berikut ini adalah salah satu bagian dari buku Penginjil Teologi Kemelaratan Ev. Andereas Dermawan. Silahkan dipelajari.....




...

KEKUATAN NAFKAH:

Kekuatan/pengaruh yang sangat berkuasa
berikutnya adalah kekuatan
ekonomi/nafkah(urusan perut) atau urusan
makan dan minum. Kekuatan nafkah juga
mempunyai imam dari pemimpin yang terendah
sampai dengan pemimpin yang tertinggi. Siapakah
pemimpin ekonomi/urusan nafkah dalam hirarki
yg terendah? Tentunya adalah para kepala
keluarga/pencari nafkah yang disebut juga tulang
punggung keluarga. Mayoritas manusia masuk
dalam hirarki ini. Bukankah seorang suami
dikatakan sebagai imam dalam keluarga? Sebagai
pencari nafkah/tulang punggung keluarga,
alangkah hinanya seorang imam dalam keluarga
bila tidak bekerja mencari uang/nafkah. Dan
alangkah terpujinya seorang imam dalam
keluarga, kalau ia disebut pintar dalam mencari


nafkah, karena di-sinilah letak harga diri
seseorang, maka tidaklah mengherankan kalau
orang tidak tertarik mengikut Yesus, karena
paradigma yang dibangun justru berlawanan
dengan aspirasi mereka. Pengikut Yesus adalah
orang yang hina, tidak punya harga diri, sangat
memalukan, bisa dianggap sesat, gila  dlsb. Hal ini
juga dialami oleh Yesus dan pengikutNya. Lalu
siapakah pemimpin/imam  dibidang nafkah
/ekonomi dalam tingkat yang lebih tinggi dan
yang tertinggi? Dalam kitab Wahyu juga
diungkapkan dengan jelas yaitu pemimpin
ekonomi dunia adalah suatu Negara yang banyak
penduduk dan sumber daya alamnya. Sedangkan
pemimpin/imam dibidang ekonomi dalam skala
menengah adalah para pedagang/bisnismen,
investor, mereka adalah pemberi nafkah bagi para
imam dalam keluarga. Dalam kitab Wahyu
dijelaskan tentang kebinasaan para pedagang
pada hari kiamat. Bukankah hidup manusia secara
faktual menggantungkan hidup mereka pada
imam dalam keluarga, lalu kepada para pedagang


pemberi nafkah dan kemudian  kepada pemimpin
ekonomi dunia ini? Secara ritual memang
kelihatannya manusia bergantung pada Tuhan,
tetapi antara yang ritual dengan yang factual
terjadi perbedaan yg menyolok. Maka ajaran
Tuhan Yesus untuk mengikut Dia dan
meninggalkan nafkah/pekerjaan dianggap tidak
konstektual/dianggap sebagai ajakan orang yang
tidak waras, itulah faktanya. Yesus ditolak, Yesus
dihina. Manusia lebih memilih dunia ini ketimbang
memilih Juruselamat. Mereka baru mau ikut Yesus
kalau syarat yang Yesus minta bisa
dikompromikan, asal jadi orang baik-baik saja,
suka beramal baru saya mau mengikut Yesus,
tetapi ijinkan saya tetap bekerja mencari nafkah,
bukankah untuk beramal/memberi dibutuhkan
uang, bagaimana saya bisa memberi kalau saya
tidak mencari uang, itulah argumennya.Tetapi
justru itulah beratnya mengikut Yesus, tidak
popular dan dengan terus terang kepada
pengikutNya Yesus mengatakan bahwa risiko
mengikut Yesus adalah dihina, dikucilkan, harus


menerima malu, sebab itu Yesus mengatakan
bahwa barangsiapa yang malu mengakui Aku,
Yesuspun akan malu mengakui mereka didepan
Bapa Surgawi. Tetapi berbahagialah orang yang
karena mengikut Aku, ditolak, dihina dan
dikucilkan bahkan dianiaya, karena upahmu besar
disorga. Mengikut Yesus adalah pengabdian
penuh atau pekerjaan penuh(fulltime). Pekerjaan
ini bukanlah pekerjaan ritual tetapi pekerjaan
factual. Jadi 100% factual,  bukan 50% ritual dan
50% factual. Itulah beratnya  risiko mengikut
Yesus. Risiko terberat orang mengikut Yesus dan
yang membuat orang urung mengikut Yesus
adalah mengerjakan pekerjaan factual 100%
namun tanpa gaji. Inilah bedanya dengan
pekerjaan factual didunia ini. Gaji/upah yang
Yesus janjikan adalah mewarisi kerajaan Sorga,
serta kekuatan dalam melakukan pekerjaan itu.
Lalu bagaimana sikap kita mengenai masalah
perut? Tuhan Yesus mengajarkan berilah kepada
kami makanan kami yang secukupnya. Arti
kecukupan disini bukanlah dalam makna suatu


kemapanan hidup, sama sekali bukan! Tetapi
dalam artian hidup seadanya. Dalam pengajaran
doa Bapa kami juga diajarkan biarlah kesusahan
sehari cukuplah untuk sehari. Berarti sehari saja,
dan tiap-tiap hari bergantung pada pemeliharaan
Tuhan tidak bergantung pada pemeliharaan dari
deposito atau uang asuransi atau uang saham
anda di-perusahaan. Apakah dengan mengikut
Yesus kita diajarkan untuk malas? Sama sekali
tidak!! Karena mengikut Yesus bukanlah ritual
tetapi pekerjaan/tugas yang  Yesus perintahkan
adalah tugas yang factual/nyata (sesuatu yang riil)
yang harus diaktualisasikan secara kerja nyata.
Lalu dari mana uang untuk melakukan kegiatan-
kegiatan nyata itu? Dalam berita pertobatan yang
disampaikan Yohanes Pembaptis dinyatakan:
Hasilkanlah dari buah pertobatanmu! Rasul Paulus
mengatakan memberi dari apa yang ada padamu,
bukan dari apa yang tidak ada padamu!. Sebelum
kita bertobat hidup kita menimbun harta
sebanyak-banyaknya, maka hidup kita selalu
kurang, kita merasa memiliki kurang banyak untuk


disimpan, makin hari makin banyak. Maka kita
menabung, kita tanam (invest) talenta kita itu.
Tidak kita gunakan (lepaskan)/kosongkan. Namun
setelah kita bertobat mengikut Yesus, maka
teladan Yesus harus menjadi orientasi hidup kita.
Dari orientasi menyimpan/memiliki/investasi
menjadi orientasi yang sebaliknya yaitu orientasi
menggunakan/melepaskan/mengosongkan. Inilah
orientasi yang diterapkan oleh Yesus, Ia
mengosongkan diriNya, begitupula orientasi
serupa dilakukan juga oleh murid-muridNya dan
Paulus setelah bertobat. Paulus mengatakan aku
semakin ber-kurang-kurang/kosong dan makin
lama makin serupa dengan Kristus. Hidupku
bukan aku lagi, tapi menjadi duplikat Kristus itulah
orientasi hidup Paulus. Kepada murid-muridNya
Tuhan Yesus pernah berkata: Tidak ada orang
yang bekerja pada 2 majikan, bekerja untuk
mammon (harta/uang) atau bekerja untuk Kristus.
Yesus mengingatkan para murid untuk memilih
salah satu, kalau tidak akan terjadi konflik of
interest. Kalau pilih mammon harus fulltime untuk


mammon tidak bisa separuh-separuh, kalau pilih
Kristus harus fulltime untuk Kristus. Pada topik
sebelumnya telah diuraikan apa yang dimaksud
dengan pekerjaan Tuhan. Pemimpin/imam
dibidang ekonomi mempunyai kekuatan yang
sangat besar, Ia dapat mengarahkan para
pemimpin Negara/pemimpin politik, mereka juga
dapat mempengaruhi para pemimpin/imam
dibidang agama untuk menuruti kemauan
mereka. Bukankah hal ini suatu fakta yang terjadi
pada zaman sekarang ini? Dimana para
pengusaha/bisnismen/investor/pedagang
pemberi nafkah berkolaborasi dengan para
penguasa/imam dibidang politik dan imam
dibidang agama. Rasul Paulus menubuatkan
dalam tulisannya kepada Timotius, Rasul Paulus
mengatakan bahwa pada akhir zaman orang akan
mengTuhankan perut dan sekarang ini sudah
menjadi kenyataan,bukan? Sebab itu Paulus juga
memperingatkan kita bahwa akar/biang keladinya
kejahatan adalah tamak akan uang. Inipun suatu
fakta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar