Kota ini juga dikenal sebagai kota bagi para pensiunan, yang mau “hidup enak” tanpa mau diganggu orang lain. Tetapi dibalik gaya hidup santai ini terdapat “sisi gelap” yang mengintai.
Di kota ini juga terdapat kelompok preman yang jahat sehingga polisi tidak mau pergi ke kota
ini bila tanpa bantuan yang cukup. Bahkan kelompok preman ini sempat
merusak gereja San Jacinto Assembly of God yang digembalai oleh pendeta
Gordon Houston.
Selain premanisme, kota ini juga salah satu pusat perdagangan obat bius, kira-kira ada 9 pabrik di kota
ini yang menghasilkan Amphetamine. Biasanya para penyelundup
amphetamine ini menyamarkan truk mereka sebagai truk pengangkut ternak.
Pertobatan kota Hemet tidaklah datang dengan mudah, 2 hamba Tuhan (pendeta Bob Beckett dan pendeta Gordon Houston) ini pada awalnya tidak menyenangi kota yang terletak di lembah itu, karena kota
itu penuh dengan kekerasan dan terletak 18 Km dari jalan tol. Tetapi
Tuhan berkata kepada pendeta Beckett,”Maukah engkau menghabiskan seluruh
hidupmu di lembah ini bagiKu?” dan Tuhan juga berkata kepada pendeta Houston,”Aku
mempunyai sebuah rencana jikalau engkau membuat komitmen atas tempat
ini.” – Kemudian mereka membeli sebidang tanah kuburan di pinggir kota dan mulai berkomitmen dan menyerahkan hidup mereka untuk kota itu.
Dipenuhi
dengan kerinduan yang baru atas masyarakat kota itu, mereka dengan
beberapa orang memulai komitmennya dengan doa puasa semalam di sebuah
pondok di pinggir kota dekat gunung; mereka juga melakukan doa syafaat
secara intensif, bukan saja intensif tetapi juga berdoa secara fokus
pada masalah-masalah yang terdapat dalam kota itu; mereka tahu jika
mereka berdoa maka mereka telah menyentuh sesuatu di alam roh.
Dan
ternyata tidak lama setelah itu…hasilnya sangat mengesankan, jumlah
anggota kelompok okultisme yang pernah menjadi ancaman menurun hingga
3-10% dari jumlah penduduk, bidat Kristen masih ada tetapi banyak
kelompok sesat lainnya telah lama pergi; pusat pelatihan meditasi
transcendental terbakar habis tapi herannya tidak membakar bangunan di
sebelah kiri dan kanannya; hasil lainnya adalah jumlah orang yang
meninggal dan yang masuk penjara karena premanisme berkurang hingga
tidak pernah terjadi lagi. Bahkan suatu kali ketika pendeta Houston sedang berkhotbah, salah satu anggota geng yang terkenal jahat di kota
itu masuk ke dalam gereja, menghampirinya dan berkata,”Aku ingin
diselamatkan sekarang juga.” Selanjutnya anggota-anggota geng yang ikut
bertobat, dan sebagai bukti pertama setelah pertobatan mereka, mereka
membersihkan grafiti yang pernah mereka buat di dinding gereja. Lalu
pendeta Houston
dan jemaat juga berdoa kepada Allah bagi seluruh keluarga mereka yang
lain agar memberikan kesempatan kepada mereka untuk datang kepada Tuhan,
dilepaskan dari pengaruh narkoba dan diselamatkan. Dan … Allah
benar-benar melakukannya terhadap seluruh keluarga mereka; semua anak
muda dan setiap orang datang untuk mengenal Tuhan; mereka meninggalkan
kegiatan obat bius dan geng mereka.
Segalanya sungguh berubah, … menurut Sony, mantan pengedar obat bius yang telah bertobat: perdagangan obat bius di kota itu menurun hingga 75%, semua ini berkat para pendoa syafaat; peristiwa ini membuat usaha obat bius di kota itu bernilai jutaan dollar menjadi gulung tikar.
Jumlah jemaat di gereja San Jacinto (Assembly of God) yang digembalai oleh pendeta Houston kota
itu menjadi peraih nilai akademik tertinggi dan jumlah putus sekolah
terendah di seluruh kawasan Amerika Barat. Seluruh masyarakat di kota itu bekerja sama, memerangi dan mengusir kuasa iblis dari kota itu.
Gereja-gereja di kota Hemet
tidak lagi tercerai-berai namun sekarang bergabung dalam satu kesatuan,
yakni perhimpunan orang percaya. Mereka saling berlomba secara positif,
bahkan saling bertukar mimbar: misalnya Pendeta “Baptis” berkhotbah di
gereja “Pentakosta” dan sebaliknya. Pelayanan mimbar tidak lagi dibatasi
oleh sekat-sekat denominasi, dan hal ini mengubah kehidupan bergereja
serta mempererat tali persaudaraan di antara mereka.
Bahkan
puluhan gereja di kota Hemet pernah mensponsori suatu kegiatan sosial
yang dinamai “Convoi of Hope / Konvoi Pengharapan” dimana ribuan
penduduk menerima makanan gratis, pakaian, layanan medis, dan “suntikan”
kasih Allah. Hasil dari pelayanan ini, 300 orang memberi hati mereka
kepada Kristus.
Gereja-gereja di kota Hemet
telah mengalami arti GEREJA yang sesungguhnya, tidak hanya duduk di
dalam ruang tembok tertutup, namun bertindak dan “menyentuh” kehidupan
orang-orang di sekitar mereka. Mereka menyadari bahwa yang terpenting
bukanlah membangun gedung gereja, tetapi juga membangun umat Allah,
Tubuh Kristus; bukan sekedar memperbanyak gedung gereja, tetapi
menumbuhkan kerajaan Allah.
Hemet memang bukanlah kota yang sudah sempurna, tetapi Hemet telah mengalami perubahan yang sangat besar oleh kuasa Allah dan masyarakat kota Hemet tidak sama lagi seperti yang dahulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar